Masbro/Mbaksist semuanya, artikel ini sebagai lanjutan dari artikel penulis sebelumnya, yaitu Sebuah Tinjauan : Standar Emisi Euro Bukanlah Dikotomi Injeksi vs Karburator.
Maaf jika artikel sebelumnya agak panjang karena ilustrasinya, karena menurut penulis penting untuk memahami garis merahnya. Dan bisa menangkap gambaran besarnya. (Sampai alinea ini, penulis tidak yakin artikel kedua ini bakalan lebih pendek :D).
Dan penulis merasa perlu segera merampungkan artikel lanjutan, setelah membaca ulasan om Rudi Triatmono, yaitu Scooter Benelli,… walau pake carbu sudah Euro 3 lhooo …!!!. Tulisan om Rudi makin menegaskan ulasan penulis, bahwa opini yang berkembang Standar Euro harus injeksi, atau dengan kalimat singkat Standar Euro = Injeksi, perlu ditinjau kembali.
Dalam artikel pertama sudah penulis ulas, apa tujuan Standar Emisi Euro dan seperti apa Standar Emisi Euro ditetapkan, maka dalam artikel lanjutan ini penulis akan fokuskan bagaimana pabrikan menyikapi dan berupaya memenuhi Standar Emisi Euro, bagaimana strategi mereka.
Mengurangi gas buang, sekaligus meningkatkan efisiensi mesin, sudah menjadi target utama seluruh pabrikan sejak lama. Berbagai riset telah dilakukan. Namun tidak semua pabrikan melakukan pendekatan yang sama.
Sistem Injeksi atau Karburator, hanyalah satu bagian dari seluruh proses yang ada pada mesin (motor/mobil). Yaitu bagian pengabutan, bagian dimana dilakukan pencampuran antara bahan bakar dan udara (tentunya oksigen sebagai unsur utama), sebelum masuk ke ruang bakar. Ada bagian lain seperti pembakaran di ruang bakarnya sendiri, dan kemudian dilanjutkan pembuangan gas buang atau exhaust. Kedua unsur terakhir juga bagian yang penting terhadap gas buang.
Pendekatan pada proses Pengabutan
Sebagian besar pabrikan, berfokus efisiensi pada proses pengabutan. Untuk proses pengabutan ini strategi pabrikan terbagi dua. Pertama dengan berpindah pada teknologi pengabutan Injeksi. (Sebentar jangan dulu beropini bahwa injeksi satu-satunya cara, ada ulasan selanjutanya 😀 ). Yang kedua tetap mempertahankan karburator dengan mengexplore lebih dalam lagi efisiensi kerja karburator.
Pendekatan pada proses pembakaran dalam ruang bakar
Langkah ini ditempuh, dengan memaksimalkan ruang bakar. Secara teori, posisi “pemantik” sebagai pemicu pembakaran (riilnya berupa busi), amat sangat menentukan proses pembakaran itu sendiri. Penempatan yang tidak tepat, akan menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna. Begitu pula dengan kekuatan letupan berpengaruh pada proses pembakaran. Makanya banyak yang mengganti busi standar pabrikan dengan yang lebih mahal. Pertanyaannya, bagaimana pabrikan memaksimalkan ruang bakar ? Salah satunya muncul dengan teknologi dual busi. Dengan teknologi dual busi, dimungkinkan untuk membakar sudut-sudut tertentu yang susah dijangkau jika hanya dengan satu busi. Dan untuk pendekatan ini, kita mengenal teknologi yang dibangga-banggakan oleh Bajaj pada Pulsarnya, yaitu Digital Twin Spark-ignition atau disingkat DTS-i, dan untuk mobil kita mengenal teknologi intelegent-Dual & Sequential Ignition atau i-DSI pada Honda Jazz.
Tapi yang perlu diketahui.
Bajaj bukanlah yang pertama dalam menerapkan teknologi dual busi. Jauh sebelum ada perkembangan injeksi, twin spark alias dual busi sudah ada sejak 1914 (dalam bentuk mobil) yang dikembangkan oleh produsen mobil supersport Alfa Romeo, walau masih prototype yaitu A.L.F.A GP.
Demikian juga untuk motor, bukan Pulsar yang pertama. Untuk lebih jelasnya, akan penulis bahas pada artikel selanjutnya. Termasuk juga kenapa teknologi injeksi lebih cepat berkembang dibanding dual busi/twin sparks, dan lebih banyak produsen intens mengembangkan injeksi dibanding dual busi.
Pendekatan pada proses pembuangan atau exhaust.
Yang menjadi fokus pada pendekatan ini adalah, bagaimana meminimalisir gaS yang secara langsung dibuang oleh mesin. Gas tersebut diolah dulu sedemikian rupa, sehingga ketika dilepaskan ke udara bebas, sudah terbebas dari polutan-polutan berbahaya, atau sudah diminimalisir. Contoh paling jelas dari pendekatan ini adalah teknologi yang digunakan pada Catalytic Converter yang digunakan pada mobil.
Nah..dengan artikel lanjutan ini penulis berharap menjadi jelas, bahwa pencapaian standar emisi Euro itu bisa melalui pendekatan-pendekatan yang berbeda, pendekatan ketika sebelum masuk ruang bakar (mesin) atau pencampuran bahan bakar, ketika proses pembakaran (dalam mesin), dan ketika telah keluar dari mesin (exhaust). Sehingga tidak perlu lagi berdebat standar Euro harus Injeksi, harus pakai ini dan itu. Yang penting ketika diuji emisi benar-benar telah memenuhi standar emisi Euro.
Berhubung artikel kedua ini sudah cukup panjang, penulis cukupkan dulu bagian kedua ini, dan insya Allah akan dilanjutkan dengan artikel selanjutnya. Dan penulis berharap ada kritikan dan masukan jika memang ada bagian tulisan yang salah/tidak sesuai fakta/teorinya salah atau apalah, karena penulis juga manusia biasa dan bukan segala tahu, agar bisa penulis perbaiki pada bagian ketiga.
Semoga bermanfaat
Salam
(bersambung)
sumber rujukan :
- European Emission Standard – Wikipedia
- Karburator – Wikipedia Indonesia
- Injeksi Bahan Bakar – Wikipedia Indonesia
- Catalytic Converter – Wikipedia
Jika ada saran, kritik atau masukan, bisa menghubungi penulis di email atau YM : nice_guy2208@yahoo.com
susah,,,,,,,,,karbu pngen euro3 rumit
http://pertamax7.wordpress.com/2012/01/06/honda-megapro-balik-knalpot-standar/
Tp bisa kan bro, buktinya skuter benelli asal itali lolos, eropa ketat loh..
bisa tapi jadinya lebih mahal dari karbu. dan karbu tdk menjamin perbandingan ideal (14,7:1) dr rpm bawah sampai atas
lho??? pulsar…eh sepeda motor roda 2 bajaj, sudah di claim petinggi bajaj di indihe sana lolos uji emisi euro 3 kok……., malah power di atas rata2 pulak
btw gw mau nanya ni bro TS. . . kalo si pulsar kan ngerti gw dts-i karna jelas ada 2 biji busi, nah mobil2 setau gw businya ada4 (mobil kluarga yang gw perhatiin).. jazz lum pernah punya or perhatiin…. (gambar di atas juga kliatan kabel businya ada 4, tapi disebut twin spark juga)
gw pengen nambah ilmu nih….. pliz infinya yah
Thx udah mampir bro, yg dimaksud dual busi atau twin spark itu dlm satu silinder ada dua busi, kalo mobil biasa di indonesia (bukan honda jazz i-DSI) itu 4 businya krn silindernya memang 4, kalo dual busi brarti 8 busi, semoga menjawab pertanyaannya bro
newbie comment
Sesama nubie dilarang mendahului..:D
yg penting lulus stndar gas buang,. Apapun teknologinya.
Betul..biarlah teknologi berkembang, jgn dipersempit
rumit…..
http://blogbikers.wordpress.com/2012/01/06/video-plesetan-iklan-yamaha-bikin-ngakak-abis-bro/
Ruwet 😀
ya walogimanapun juga, yg namanya kendaraan berbahan bakar apapun, tetap saja mengandung polusi, yg membedakan hanya tingkatatan emisinya saja antara karbu dan injeksi ini (klo diliat dari segi ekologinya). nice info lagi di blog ini, apalagi yg berbau2 teknik, ane suka banget.
Betul sekali masbro, tdk ada yg sempurna, kecuali ciptaan Tuhan, “mesin” ciptaan Tuhan yg sempurna ya manusia, gas buang (normalnya) hanya berupa CO2 dan H2O, yaitu dr nafas kita 😀 , thx
wkwkwkk, aku kok gak paham yo bingung aku…. 🙂
Nek bingung cekelan irung bro xixixi
honda shadow 80an sudah twin sparks
Betul sekali, itu yg mau singgung di artikel berikutnya 😀
Pingback: Review Blogz,… Standar Emisi Euro bukanlah dikotomi Injeksi vs Carbu dari Bro Boerhunt …!!! « Rudi Triatmono Personal Blogs
bukan bermaksud jadi flamer…..pabrikan rata2 menonjolkan injeksi untuk menuju EURO3…padahal injeksi bukan point utama….injeksi tanpa catalyct converter saya jain tetep gak lolos EURO3. Tp yg saya lihat, masyarakat endonesa demikian bodohnya membuang perangkat :hijau: tersebut demi memuaskan egonya tanpa memikirkan kedepan buat kelangsungan anak cucunya…pokok-e sak penak-e wudel-e….
banyak produsen dan toko yg menjual (mendukung) para egoiser tersebut, harusnya juga diperhatikan (ditindak) dengan tidak boleh lagi memproduksi accecoris macam knalpot yg tidak memperhatikan kesehatan lingkungan.
Good opini masbro, memang regulasi ini hanya memandang dr 1 sisi, yaitu lisensi produk baru dr pabrikan, yg dr sisi konsumen, ada uji berkala emisi kendaraan, konsumen mau ngoprek spt apa gonta ganti sparepart dijaringnya melalui uji berkala ini, yg gk lolos gk boleh jln, nah ini yg sulit di kita, ada unsur kemanusiaan jg, yg gk mampu beli kendaraan baru terpaksa make yg lama, kalo gk lolos uji dikandangkan mau pake apa, angkutan umum/massal tidak memadai, jd serba salah
ulasan yang sangat cerdas masbro, thxs sudah berbagi ilmu dan info,,
Gk kok bro..infonya udah ada bertebaran di internet, thx udah mampir 🙂
penerapan euro 3 yg galau untuk nkri..
Betul, setuju sekali, kegalauan ini yg bikin gk bisa bikin standar sendiri tp ngadopsi, pdhl kita yg lebih butuh regulasi yg lebih ketat, betapa tidak, jumlah kendaraan di negeri kita yg ada di jalan termasuk plg byk di dunia
sempat terpikir sama seperti bro mPy, bahwa kalau menerapkan catalyct-converter akan susah diterapkan kelangsungannya di Indonesia karena banyak yg mengganti dengan knalpot “egois”.
Akhirnya, diambil jalan mudah, yaitu dengan injeksi.
🙂
Walaupun, sebenarnya sistem injeksi juga bisa dibuat tidak ramah lingkungan dengan membuat ECU memerintahkan mengucurkan bahan-bakar berlebih.
Nah..itu dia makanya masbro, oleh pakar2nya standar euro ditetapkan batasan pada akhir/ujung gas buang, bukan pada bagian2 mesin harus pake ini itu, kalo dioprek sama aja boong, pusing sendiri kan, coba aja bygkan kalo uji kendaraan (diposisi konsumen secara berkala) harus ngecek mesinnya segala, ribet kan. Kan jauh lebih simpel ujung kenalpot masukin ke alat ukur, tinggal diukur lulus standar gk
nambih elmu… 🙂
Sama masbro..kita gali ilmu bareng2..thx udah mampir
“Bajaj bukanlah yang pertama dalam menerapkan teknologi dual busi. Jauh sebelum ada perkembangan injeksi, twin spark alias dual busi sudah ada sejak 1914 (dalam bentuk mobil) yang dikembangkan oleh produsen mobil supersport Alfa Romeo, walau masih prototype yaitu A.L.F.A GP.”
kan Bajaj mengklaimnya pertama di dunia roda 2 mas 🙂
Utk roda dua jg bukan yg pertama, ada honda shadow thn 80an yg make mesin honda VT500 jg udah dual busi :), klaim bajaj mungkin teknologinya berbeda dgn honda atau motor2 sebelumnya
AFAIK mengklaim MOTOR KECIL pertama di dunia dengan 2 busi dalam 1 silinder
Kalo itu se7, krn motor2 yg selama ini pake dual spark sblm pulsar multi silinder alias cc besar
setuju mazbro..mudah2an ulasan ciamik ini bisa meluruskan mindset soal euro3 yg salah kaprah..seolah olah injeksi hanya satu2nya jalan demi strandarisasi yg satu itu.
Kita sbg konsumen tinggal pilih yg terbaik, dr sisi teknologi, standar dan tentusaja harga 🙂
Artikel yang mencerdaskan mas bro. Saya jadi paham. Next artikel ada baiknya kalau diulas perbedaan antara karbu VS injeksi dimana isinya cara kerja, keuntungan-kerugian dll.
Thx masbro, kalo perbedaan karbu vs injeksi rasanya udah byk bgt yg bahas masbro, yg belum sy dpt karbu yg di enhance, mungkin rahasia perush kali ya, blue print hehe
klo ngak lolos emisi, nanti polisi nangkepnya gimana tuch, klo dijalan..?
apa pake alat test emisi dulu..?
Kalo yg berlaku nanti (sisi konsumen), stnk gk bisa diperpanjang kalo gk lolos emisi..cmiiw.. iya pake alat tertentu dipasang dimulut knalpot, sudah ada di beberapa bengkel besar (utk mobil)
Thanks gan inponya… Bener2 nambah pengetahuan. Btw, timing pengapian busi dan V I nya dtg dr mana gan ?
Diatur oleh CDI masbro, yg berupa microprocessor 8 bit, utk lebih jelasnya bisa dibaca disini http://mechanical-engineering.in/forum/topic/3146-4-valve-dts-i/
Perlu diperhatikan juga, standar EURO itu dibuat oleh negara2 eropa yang jauh jauh lebih mapan dari kita (kita masih negara ke-3?). Lagian teknologi di sana juga rata-rata udah lebih maju daripada sini. Jadi mereka dengan ngeluarin EURO 3, mungkin saja udah sejak mereka mengeluarkan EURO 2, kendaraan mereka udah hampir mendekati EURO 3. Sedang kita? pas EURO 2 dikeluarin, kita baru mau apply ke sana.
Bener bgt kalo dilihat dr sisi kemapanan teknologi, bgmn kalo dilihat dr sisi jumlah kendaraan yg beredar? Bukannya justru kita yg butuh lebih ketat? Dan lagi biasanya kreatifitas akan muncul krn tuntutan yg tinggi..just IMHO sih..
artikel yg bagus bro…
jadi tambah pengetahuan..
sdikit oot..
pemerintah menekan pabrikan dgn standar euro3..
yg membuat pabrikan berlomba-lomba membuat produk2 mereka yg injeksi..
motor2 udh banyak yg sistem injeksi,, dan kompresi nya tinggi2..
pemerintah harus memperhatikan distribusi bahan bakar dong..
setidaknya di setiap ibukota provinsi ada pertamax..
kita di ambon blm ada pertamax..
apakah bahan bakar juga mempengaruhi gas buang juga bro..??
kalo iya, pemerintah juga harus perhatikan yg satu ini..
karena mau tdk mau akan berpengaruh juga ke standar euro…
salam dari ambon bro..
Betul juga masbro, mungkin nanti bertahap gk serentak, salam kenal balik dr ane..seneng artikel ane udah bro baca..thx a lot
bagaimana dgn teknologi baru di p200ns.
boleh dnk diulas jg gan hehehe.
《♥p200ns♥》
Belom dpt wangsit masbro 😀
Pingback: Beberapa Hal Yang Mengganjal Tentang Langkah 3 Menteri Menyangkut Mobil Murah « Boerhunt's Blog
Bro TS …ane pngen tau pendapat anda dengan motor 2 tak, tp ud pake catalic converter…semisal ninja gitu….
nurut sy sih yg penting hasil akhir dari pengukuran emisi-nya memenuhi standar yang berlaku, tetapi untuk motor 2 tak kalo akan terus ngikutin standar emisi bakalan kewalahan sendiri, dengan regulasi makin ketat, tentu catalystic converter-nya makin susah, dan tentu makin mahal, belum lagi dengan catalistic converter yg makin rumit maka performa bisa drop byk, pada titik itu sudah tidak worth it lagi 2 tak, baik bagi produsen maupun konsumen..
Pingback: Diganti Injeksi, Kenapa Power Dan Torsi (Torque) Malah Turun ? | Boerhunt's Blog
Pingback: Wah.. Ternyata Semua Produk Roda Dua Bajaj Sudah EURO-3, Proven ! | Boerhunt's Blog
Pingback: Opini : Hal Yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah Dalam Hal Standar Emisi Gas Buang | Boerhunt's Blog
Pingback: Dengan Akan Hadirnya Kawasaki Pulsar 200NS Fuel Injection, Akan Jadi Pembuktian Karbu VS Injeksi Pada Mesin Multi Busi | Boerhunt's Blog