Mengenai Aturan Pelarangan Motor Melewati Jalan Protokol, Nasib Pemotor Yang Selalu Terpinggirkan, Menggelikan, Aneh…

Assalamu’alaikum dan salam sejahtera masbro/mbaksis..

Tentu masih dalam pembicaraan yang termasuk paling hangat saat ini, terutama bagi penikmat roda dua, yaitu larangan melewati jalan protokol tertentu untuk pengendara motor. Hmm…

Terus terang saja, sekilas bagi penulis ini sebuah larangan aneh. Banyak alasannya kenapa terlihat aneh. Mari kita lihat dimana keanehannya…

Alasan Pelarangan

Berdasarkan penelusuran penulis, alasan utama yang saling terkait adalah karena motor dianggap sebagai salah satu penyebab keruwetan dan kemacetan. Dan satu hal lagi, berdasarkan data statistik kecelakaan yang menunjukkan mayoritas kecelakaan adalah pengendara motor. Benarkah itu bisa dijadikan alasan pelarangan motor masuk jalur ??

Kutipan alasan pelarangan motor melewati jalan protokol

Kutipan alasan pelarangan motor melewati jalan protokol

“Tentunya untuk mengurangi/mengurai kemacetan, sudah pasti” ujar Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI JKT, di salah satu media.

Mari kita jujur, keruwetan ?

Ruwet yah ? Iya ruwet..

Ruwet yah ? Iya ruwet..

Terlihat gambar di atas, ruwet yah ? Iya ruwet, sebabnya apa ? Jelas karena macet, macet karena volume. Nah kalau bicara volume, volume bisa berarti jumlah pengguna jalan atau jumlah kendaraan, bisa juga dimensi kendaraan sehingga total volume kendaraan secara dimensi memenuhi seluruh badan jalan. Nah kalau urusannya dimensi, tentunya gak usah belajar hitung-hitungan sampai sarjana, jelas volume mobil lebih besar dari motor. Dan mari kita andai-andikan, gimana kalau para pemotor dan boncengernya ini menggunakan mobil ? Tambah ruwet kan ? Tambah penuh kan jalan. Bahkan itulah alasan mereka menggunakan motor, kalau pakai mobil tambah macet broo…

Oke, ada antithesis, “kan di dalam mobil walau dimensi besar isinya minimal 4 orang?” yakin benar-benar 4 orang minimal terisi ? Kalaupun benar 4 orang, yakin bukannya joki ? 😀

Yang terbaik memang seluruh pemakai kendaraan menggunakan angkutan umum besar seperti bus, tetapi beberapa kali penulis mencoba menggunakan bus Trans Jakarta, lebih sering ngantrinya panjang bener, belum lagi jika jam-jam pergi pulang kantor. Woww..

Perbedaan space yang dibutuhkan untuk mengangkut jumlah orang yang sama antara sepeda, mobil pribadi dan angkutan bus

Perbedaan space yang dibutuhkan untuk mengangkut jumlah orang yang sama antara sepeda, mobil pribadi dan angkutan bus

Tentu masih ingat sekali gambar di atas kan ? Memang tidak terlalu mewakili kondisi sesungguhnya, karena tiap orang punya kepentingan dan arah yang tidak sama. Tujuan masing-masing pasti beda. Tetapi pesannya adalah untuk membuka alam pemikiran kita. Apalagi di Jakarta, siapa yang mau naik sepeda rame-rame ke kantor ? Eropa jelas memungkinkan yang hawanya dingin, sekalian cari kehangatan di pagi yang dingin, di Jakarta ? Don’t be ridiculous kata bahasa planetnya.

Jadi untuk alasan kemacetan dan keruwetan, jelas salah sasaran, hanya mengikis kulitnya saja, akar masalahnya tidak ditangani.

 

Alasan Tingginya Kecelakaan Pemotor

Ini adalah salah satu alasan yang sering dijadikan disebutkan ketika menyebut alasan pelarangan ini, baik dalam diskusi ataupun forum-forum.

Betul banget kecelakaan terbesar adalah pengguna kendaraan roda dua, betul sekali korban lebih banyak jatuh pemotor. Tetapi ada pertanyaan menggelitik penulis yang perlu ada jawaban, yaitu when and where tingginya kecelakaan pemotor itu terjadi. Kapan dan dimana statistik itu menunjukkan data kecelakaan ? Apakah di jalan protokol-protokol (di kota Jakarta atau lainnya) ? Dan kapan ? Saat hari-hari dan jam kerja ? Nahh… pasti masbro/mbaksis mulai terpikir, peristiwa kecelakaan yang tinggi itu saat mudik lebaran.

Penulis setuju sekali ada pelarangan menggunakan motor untuk mudik. Itu tepat sekali dalam mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas. Dan itu terbukti ketika beberapa tahun lalu aturan itu ditetapkan.

Tetapi di jalan protokol, di hari-hari dan jam kerja ? Relevan ? Come on

Alasan Lain Yang Tidak Relevan

Penulis pernah membaca juga salah satu yang setuju dengan pelarangan ini menulis di salah satu blog di k*mpasiana. Dia setuju dengan salah dua alasannya adalah, pemotor sering melanggar, pemotor sering ugal-ugalan ? What ..??? Jadi kalau ada beberapa pemotor melakukan pelanggaran, semuanya dilarang ? Kalau ada yang ugal-ugalan, semuanya dilarang ? What ..??? Anda pernah gak lihat di jalan tol, betapa ugal-ugalannya pemakai mobil, menyalip dari bahu jalan dengan kecepatan tinggi. Dan itu sering, tiap lewat jalan tol pasti terjadi. Bukankah kemaren salah satu tokoh offroader kita tewas tertabrak di jalan tol karena ada sebuah mobil melaju kencang. Padahal beliau saat itu sedang menolong mobil yang sedang terguling. (ini beritanya Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, RIP : Telah Meninggal Dunia Fatkhun Nadjib AS semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi-Nya). Begitu banyak mobil ugal-ugalan di tol, jadi mobil harus dilarang masuk jalan tol ? Think again …

Alasan Pelarangan Justru Merugikan

Di bagian ini penulis justru ingin menghadirkan, bahwa pelarangan itu justru merugikan banyak pihak, tidak hanya melulu pengguna motor itu sendiri. Apa saja itu ?

  • Sepeda motor adalah sarana bagi kurir-kurir pengiriman yang efisien dan cepat, segala macam kurir termasuk paket-paket, dokumen-dokumen yang tidak jarang diantar seputar kantor-kantor di Jakarta sendiri. Jika masbro/mbaksis ingat, dulu ada film tentang petugas yang mengirim roll film dari satu bioskop ke bioskop lainnya, sorry penulis lupa judulnya hehehe.. itu salah satu fungsinya. Hal-hal seperti ini yang terkena dampaknya banyak sekali. Apalagi jika nanti seluruh jalan protokol diberlakukan. Delivery makanan yang terlambat dan lain sebagainya.
  • Sepeda motor bisa jadi alternatif untuk keperluan mendadak. Salah satu orang yang bekerja sebagai public relation di salah satu kantor yang berada di jalan protokol yang kena dampak, sebagaimana dikutip media menyebutkan, dia sering memanfaatkan sepeda motor untuk keperluan mendadak menemui client. Dan menurut penulis itu hanya satu dari sekian banyak kepentingan yang jelas terkena dampak.
  • Justru sepeda motor lah yang lebih mudah terurai kemacetannya. Kembali ke masalah volume dimensi kendaraan, sepeda motor dengan dimensi yang lebih kecil, justru mudah diuraikan jika mengalami kemacetan, berbeda dengan mobil. Silahkan bereksperimen, dengan dimensi ruang yang sama, kepadatan yang sama, lihat perbedaan mana yang lebih mudah diuraikan kemacetannya (tentunya karena dimensi berbeda, dengan dimensi ruang/space yang sama, jumlah motor lebih banyak dari mobil). Pasti sepeda motor, ruang yang sempit masih bisa mengurai kemacetan dengan satu persatu mengeluarkan dari kemacetan. Dengan mobil ? kalau sudah macet lebih cenderung jadi deadlock. Dulu ada sebuah permainan, memindahkan balok-balok berbagai ukuran dari sebuah ruang ke ruang lainnya (lupa nama game-nya apa), trik-nya apa ? Memindahkan balok-balok kecil dulu agar yang besar bisa keluar. Nahh… kalau seluruh ruang itu diisi oleh balok-balok besar, jelas gak akan bisa dipindahkan semua. Dan ini game untuk pelajaran anak SD !! Got it ??
  • Pelarangan ini mungkin ingin meniru dulu pelarangan becak di tahun 70-80an di Jakarta. Becak ? Iya.. benar sekali karena dengan dimensi yang cukup lebar, tetapi pergerakan lambat jelas akan sangat menghambat lalu lintas. Sepeda motor ? Gak relevan, dengan dimensi yang lebih sempit, namun keluwesan yang lebih lincah, justru bersifat sebaliknya.

Kesimpulan

Terus terang sampai detik ini, (kalau tidak mau disebut mengada-ada dan dikait-kaitkan) penulis tidak bisa melihat ketepatan atau relevansi yang pas dari alasan-alasan yang dikemukakan tentang pelarangan motor di jalan protokol ini. Baik oleh pemerintah sendiri, maupun oleh pendukung larangan ini. Jadi.. kalau mau jujur, sebenarnya alasan pelarangannya apa sih ?

Sejujurnya penulis tidak ingin mendikotomikan antara pemakai roda dua dan lebih/mobil. Penulis hanya mengajak kita semua realistis dalam berpikir, tidak berdasarkan rasa sentimen. Pemobil sentimen sama motor karena dengan santainya bisa melepaskan diri dari kemacetan melalui celah-celah sempit, sedangkan pemotor sentimen sama mobil karena yang di dalam mobil tidak kepanasan dan tidak perlu berhenti menggunakan jas hujan dan basah-basahan ketika hujan. But… sentimen-sentimen ini yang dipelihara ?? Kalau mau cepet dan flexible ya pakai motor atau naik ojek, resiko ya kena hujan-hujanan dan kepanasan, sebaliknya kalau mau aman dari hujan ya naik angkutan umum pakai payung, resiko lebih lambat (bagi yang tidak memiliki mobil, bagi yang punya ya pakai mobil sendiri). Take all the risks.. jangan mau yang enak-enaknya saja tapi memelihara sentimen dan rasa iri kepada yang lain ketika dapat gak enaknya.

(btw.. kabar mobil LCGC gimana yah.. masih lanjut ? :p )

Semoga bermanfaat.

Wassalam

*) Jika ada kritik, saran, maupun masukan silahkan hubungi penulis di nice_guy2208@yahoo.com

About boerhunt

Hanya sekedar ingin menuangkan corat coret, punya hobby olahraga, otomotif, IT world, nature, tapi blog ini lebih byk penulis dedikasikan untuk otomotif terutama roda dua
This entry was posted in lalu lintas, mobil, Otomotif, Roda Dua, Transportasi and tagged , , . Bookmark the permalink.

6 Responses to Mengenai Aturan Pelarangan Motor Melewati Jalan Protokol, Nasib Pemotor Yang Selalu Terpinggirkan, Menggelikan, Aneh…

  1. Aa Ikhwan says:

    aneh emang

  2. Pingback: DKI : Motor Dilarang-2, Mobil Mewah (Bakal) Boleh Masuk Busway Trans Jakarta !!! | Boerhunt's Blog

Tulisa balasan | Leave a reply