Beberapa waktu lalu penulis ngobrol-ngobrol dengan teman-teman. Topik bahasannya seputar lalu lintas kota Bandung. Tidak dapat dipungkiri, kota Bandung dimana penulis tinggal, sering mengalami kemacetan luar biasa ketika memasuki week end. Apalagi jika long week end. Itu sebabnya penulis lebih suka keluar kota Bandung ketika long week end.
Kemacetan ini didominasi oleh mobil-mobil dengan plat nomor luar kota. Belum lagi jika long week end, banyak sekali bis-bis pariwisata yang tidak jarang lintas propinsi berkunjung ke Bandung.
Seperti masbro/mbaksist tahu, di Bandung (dan kebanyakan kota-kota di Jawa Barat), selama kendaraan masih bisa masuk, maka semua kendaraan melewati semua jalan. Tidak ada penataan secara tertib kelas-kelas jalan. Mungkin ada aturan, tapi sama sekali tidak efektif pelaksanaannya. Ini menjadi sumber kemacetan. Karena, bagaiamana pun satu titik mengalami kemacetan, maka akan merambat ke jalur-jalur yang lain.
Nah..bagaimana kira-kira konsep yang mungkin bisa direalisasikan (sebagaimana judul) untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kemacetan ketika week end di Bandung yang waktu itu penulis ajukan dalam obrolan ?
Berlakukan Kelas-kelas Jalan dan Kendaraan
Yaitu dengan secara ketat memberlakukan kelas-kelas jalan. Kendaraan-kendaraan besar, yang tidak memiliki ijin khusus, tidak boleh melewati jalan-jalan arteri. Dan ini harus diatur secara ketat. Sehingga tidak akan ada lagi bis-bis pariwisata yang masuk hingga ke gang-gang kecil. Berlakukan juga jam-jam yang diijinkan untuk kendaraan besar.
Terapkan Sistem Central Parking
Dengan pemberlakuan dan pengetatan aturan kelas-kelas jalan dan kendaraan, tentunya Bus-bus Parawisata akan kesulitan untuk mengantar para wisatawan menuju lokasi wisata, terutama bagi kota Bandung yang terkenal dengan wisata belanja yang lokasinya banyak di pusat kota dengan jalan-jalan yang kecil.
Tidak sulit masbro, yaitu terapkan Central Parking. Semua Bus Pariwisata harus diparkir di Central Park. Dari Central Park bikin angkutan moda yang lebih kecil yang mampu menjangkau jalan-jalan tengah kota tanpa harus melanggar aturan kelas jalan. Tentu masbro/mbaksist sering melihat di televisi angkotan terbuka yang biasa ada di Thailand yang mengangkut wisatawan, yang terkenal dengan nama Tuk-Tuk. Tidak usah jauh-jauh, di Bali juga ada, dengan kendaraan yang lebih besar. Nah..kendaraan seperti ini, atau yang lebih kecil lagi, bisa digunakan untuk angkutan moda ini.
Kalau perlu angkot-angkot dengan trayek yang kurang rame, yang kebanyakan lebih banyak kosong daripada penuh, ditranformasi menjadi angkutan moda ini. Seperti kita tahu, seringkali Bandung terlihat menjadi kota lautan angkot. Dan itupun tidak banyak yang terisi penumpang ! Solusi ini bisa menjadi solusi ganda.
Pertanyaan selanjutnya adalah, di manakah letak Central Park yang paling efisien untuk bus pariwisata. Itu pun menurut penulis tidak terlalu sulit, bisa, asal ada kemauan dan kesungguhan.
Kalau dilihat secara kasat mata, Bandung selatan dengan topografi yang datar dan luas, dimana masih banyak lahan yang kosong (walau tentunya sudah berpemilik), merupakan lokasi strategis penempatan Central Park. Di samping itu juga banyak pintu tol-tol yang bermuara ke Bandung selatan. Dan perlu dicatat juga, banyak lokasi wisata di Bandung selatan. Jadi akan lebih mudah akses ke lokasi wisata alam. Mengingat jalan ke arah wisata Bandung selatan yang sempit, kendaraan besar yang berupa bis Pariwisata juga dilarang menuju kesana. Sebagai gantinya angkutan moda yang lebih kecil.
Mungkin ada yang bertanya, kendaraan seperti itu (yang terbuka) tanpa A/C tentu tidak nyaman bagi wisatawan. Hmm..kalau boleh bertanya..kenapa kota Bandung semakin terasa panas ketika di jalan ? Jawabanya tentu karena macet. Coba bayangkan jika kondisi tidak macet, pasti kita bisa menikmati semilir angin kota Bandung walau dengan kecepatan rendah, asal tidak macet. Nah..justru dengan ini kemacetan kita atasi, dan kendaraan terbuka seperti itu sudah tidak jadi masalah lagi. Betul tak ?
Nah..itu semua hanya gambaran kasar. Ada banyak pertimbangan dan perhatian bagaimana konsep di atas diimplementasikan secara detil. Ada bagian-bagian konsep yang cukup sulit direalisasika, sulit tapi bukan tidak bisa. Bisa asal dengan kesungguhan, transparan, dan kerja keras. Terutama tentang pembebasan lahan yang nantinya akan dijadikan Central Park. Juga transformasi angkot (berlebih) menjadi angkutan moda pariwisata. Perlu sinergi seluruh pihak.
Jika ada kemauan dan ketulusan, pasti ada jalan dan kemudahan.
Semoga bermanfaat.
Wassalam
Jika ada saran, kritik atau masukan, bisa menghubungi penulis di email atau YM : nice_guy2208@yahoo.com
kemauan dan usaha 😀
yup..dan jangan lupa..transparan, yg kyk gini pasti melibatkan investor, kontraktor dll..jadi kudu transparan 😀
😀
(:
kaya anggkot jaman dulu bro..
mampir http://gombongmotorcommunity.com/kian-sesak-kian-bertambah/
kalo dulu sebelum ada cerita macet enak bro.. angin sevoy sevoy..skrg krn macet jadi puanaass kalo gk pake AC
bagus juga konsepnya pak..
kalau semua pihak konsisten & mau berusaha keras, pasti bisa berhasil.
iya pak, yg penting ada kemauan dari pihak yg berkewenangan
dulu jalan2 di bandung itu nikmat kang..ga pake macet..lah sekarang baru aja ketemu jalan raya=ketemu macet..apalagi saya di cibaduyut..tau lah skrg musim wisata 😦
nah..cibaduyut jg salah satu contoh jln yg sebetulnya tidak bisa dimasuki bus pariwisata yg besar2, seharusnya yg kearah situ angkotan moda yg lebih kecil
kerem & masuk akal konsepnya bro..
#izin share…
keren
monggo cak..
wah,, ajib tuh …
bsia kayak di bangkok ntr jadinya
yg baik dicontoh, yg gk baik dibuang..*yg jelek dari Banngkok..xixixi tau sendiri kan spt yg sering diberitakan.. 😀
meluncur kembali..
mampir2 http://gombongmotorcommunity.com/
udara udah g sejuk lg, plng parah pas kmrn Bandung Air SHow, akses kbandara parah bgt..
smoga bs berbenah jd paris van java lg..
tanpa ada kegiatan aja bandung udah macet di saat week end, apalagi kalo ada kegiatan besar, belum lagi kalo ada parpol yg lg ngadain acara.. hadeuuhh..parahhh.. seluruh bandung terpengaruh..
solusi cerdas mas,semoga ada pihak pemkot yang baca. http://www.bakulkangkungjpr1.wordpress.com
sebetulnya bukan hal baru mas, di bali kan udah gitu, (sampe terakhir ane di sana) central parkingnya di daerah Imam Bonjol..jd gk perlu jauh2 studi banding ke luar negeri, di bali udah nerapin.. 😀
pagi bro?
mampir http://gombongmotorcommunity.com/
Pagi bro… meluncur ke tekapee…
Setuju
semoga idenya di dengar oleh pemda setempat
http://yudhadepp.blogspot.com/2012/08/suzuki-inazuma-250-layu-sebelum.html?m=0
aamiiinn…spy ada solusi lebih cepat
skrg angkot sama orang nya mlah byk angkotnya…
kya di depok..
harusnya pemerintah kota sekitar jakarta lebih preventif membikin mass transport yang baik dan terintegrasi, mumpung kondisinya belum sesemrawut jakarta ..
mampir yah bro…
jangan lupa komennya …
sdh byk kota julukan seribu angkot, Bogor, Bandung, tambah depok brarti 😀