Assalamu’alaikum dan salam sejahtera masbro mbaksist semua…
Masih seputar kontroversi Mobil Murah (LCGC) ala Pemerintah, ternyata ada juga yang memandangnya “hanya” seputar Jokowi & Ahok vs Pemerintah yang dianggap ingin publisitas. Padahal tidak sesempit itu. Perkara publisitas itu perkara yang bukan substantif. Ada permasalahan substantif yang cukup besar dibalik Mobil Murah (LGCG).
Sebetulnya pertanyaan mendasar yang timbul adalah, apakah Pemerintah tidak paham, bahwa Mobil murah itu sama sekali kontraproduksi dalam mengatasi lalu lintas yang makin padat dan tidak terkendali ?? Jawabannya jelas, pemerintah sudah tahu itu. Lantas kenapa diteruskan, dan kenapa alasannya sepertinya dicari-cari ?? (Baca ulasan penulis di tulisan sebelumnya : Mobil Murah : Pembodohan Otomotif Tingkat Tinggi dan PHP)
Dan jika ditanyakan kenapa (Pemerintah menempuh kebijakan itu) ? Kalau ada yang mengajak diskusi tentang pertanyaan ini, penulis punya jawaban senada dengan capture-an di bawah ini :
Copas-nya (Copy paste) :
sebenarnya Orang no 1 dan no 2 bukan gk tahu, pemerintah pasti paham, tetapi knp mrk pake alasan yg bagi kita terdengar konyol dgn kebijakan yg aneh jika dilontarkan oleh mrk yg notabene pinter2 ? Jawabnya panjang… Sudah tahu kan kalau omset industri otomotif di Indonesia mendekati 500 trilyun per tahun, dan siapa yg mendominasi nilai 500 trilyun itu (itung2an mencapai setidaknya 75% )? Pabrikan asal <sensor> ! Dan kalau saya tanya, jika anda punya omset sekian wah-nya, ada sesuatu yg mengancam omset anda drastis hingga drop 60% dr total, apa reaksi anda ? Dengan naif menyerah dgn bilang “yah..kalo itu demi kepentingan masy. kenapa tidak ?” It’s a bisnis, very very big bisnis. Yang ada pasti akan menempuh segala cara agar bisnis anda tidak akan drop. Dan salah satu caranya adalah mempengaruhi regulator agar regulasinya menguntungkan bisnisnya ! What ever it takes. Sudah terbuka gambaran besarnya kan ? Jadi.. jangan heran ketika pemimpin negeri ini membuat regulasi yg kontra produktif, dengan alasan yg dibuat2 dan dicari2. Makanya ane sering ngomong, ini ancaman, ketika bisnis sebesar ini dikuasai oleh hanya satu negara produsen secara dominan, akan berpengaruh kepada kita semua, dimana jalanan makin macet, makin “crowded”. Mereka tidak perlu mendukung calon partai atau mungkin calon pemimpin negeri ini dan menggelontorkan dana. Mrk tinggal nunggu siapa yang jadi pemimpin, dan dengan kekuatannya secara finansial akan menekan dan mempengaruhi pemegang kebijakan aka regulator. Dan jgn heran jika keruwetan jkt akan cepat menyebar di seluruh daerah. Lihat aja jember sekarang. Sayang warning2 ini selalu dianggap angin lalu, dan prediksi pengaruh thd regulasi makin terbukti.
Perlu dicermati, Musuh besar bisnis otomotif adalah public transport, daya beli masyarakat yang melemah bukanlah musuh utama, dengan segala macam pola pembayaran, kredit kek, leasing kek, daya beli bisa diakali shg penjualan tetap moncer
Jadi ini bukan sekedar perbedaan pendapat antara seorang Gubernur plus Wakilnya dengan Pemerintahan pusat. Terlalu sempit jika dilihat seperti itu.
Dan tambahan penulis pertanyaan yang menggelitik. Pabrikan-pabrikan yang diberi hak memproduksi LCGC, diberi insentif berupa keringan pajak dan lain-lain. Artinya subsidi tidak langsung. Kenapa subsidi ini tidak dipakai untuk membangun Mobil nasional saja. Dengan langsung memproduksi Mobil Listrik ??
Menurut penulis, memang susah membuktikan bahwa itulah yang terjadi. Tetapi kita bisa menganalisa dan menelanjangi argumen-argumen mentah seperti yang penulis paparkan dalam tulisan sebelumnya. Dari situ bisa terlihat betapa konyol, dan kenapa bisa sekonyol itu ? Sudah terjawab. 😀
Semoga bermanfaat.
Wassalam
pengen tenar aja?
mestinya line up produksi yang ada yang dibuat green car
Nahh.. ini usul yg sangat bagus, seharusnya memang regulator bisa membuat, bahkan memaksa, total produksi pabrikan harusnya dibikin dalam kurun wkt 1 thn ada sekian % LCGC dr total, tahun berikutnya target naik sekian %, sampai akhirnya total produksi mobil non LCGC jadi minim, dgn ini sekaligus mengurangi polusi, bukannya malah menambah produksi..
Pemerintah mumeti
ada misi soalnya gan..
kita liat aja, apakah menguntungkan masyarakat atau tidak. Kayaknya bagi masyarakat lebih baik beli mobil murah daripada menderita naik angkutan umum. Silahkan selanjutnya pemerintah cari solusi, kalo tansportasi umum dah ok, mobil-motor akan susut dgn sendirinya.
jangan sampai dengan alasan, pemerintah sedang membangun fasilitas tranasportasi umum yg nggak tau kapan wujudnya, rakyat dipaksa menderita terus, dan nggak boleh beli mobil murah.
emangnya jokowi-ahok mau bertanggung jawab kalo ada banyak perempuan yg di-grepe2 di KA lintrik?
masalahnya nunggunya sampai kapan ? coba agan perhatikan, skrg kota2 kecil juga ikut2an macet oleh mobil2, termasuk kota kelahiran sy, tiap hari macet, apakah angkutan kota tidak ada ? ada, dan byk kosong, apakah ada kejahatan dlm angkot ? nihil (di kota kecil sy), ini eforia masyarakat yg pengen punya mobil sendiri, sebagai orang tua, pemerintahh harusnya tidak memanjakan sesuatu yg akhirnya berdampak pada kesulitan sendiri bagi si anak, seharusnya memberi arahan yg bagus bahwa angkutan publik dan umum lah yang lebih baik
dibudegisasi banyak kepentingan dan disinyalir uang 😦
tp uangnya gk kliatan, dalam bentuk laen.. 😀
the power of money..
money..money..money.. kyk lagu aja yah.. 😀 invicible money..
jangan2 tar kampanye 2014 ada sponsor dr pabrikan otomotif..???
hehehe.. mungkin tidak akan se”vulgar” itu 😀