Menyikapi Pemberitaan/Artikel Yang (Dianggap) 4L4Y : Menyampaikan Informasi, Perlu Dipikirkan Siapa Penerima/Pendengar/Pembacanya

The Man Behind The Gun

Sebuah ungkapan yang tentu sering kita dengar. Dan kalimat di atas memiliki arti yang dalam yang bisa diaplikasikan dalam bidang apa saja. Begitu juga dalam dunia otomotif.

Kalau untuk motor (ruang lingkup obrolan ini penulis batasi roda dua saja yah biar enak), bisa dianggap motor sebagai the Gun dalam ungkapan di atas, tepat sekali. Artinya, motor apa pun, dipegang seorang 4l4y, tetep saja akan dipakai ng-4l4y. Bagaimana pun motor dirancang secara aman dan nyaman, ketika dipegang 4L4yers unsur keamanan akan menjadi nomor sekian atau bahkan diabaikan sama sekali. Sedang kebalikannya bagi yang mementingkan keamanan (bagi pengendara sendiri maupun orang lain), jika dianggap kurang aman, pasti akan ditambahi sendiri. Contohnya adalah pemasangan handguard (tetapi apakah pemakai handguard langsung dianggap sudah safety, tentu tidak selalu, kan bukan hanya itu kriterianya bisa dianggap safely 🙂 )

Di samping dua jenis pengendara ini, yaitu yang perduli keselamatan (diri dan orang lain) dan 4L4yer, sebenarnya ada satu jenis lagi, yaitu pengendara abu-abu, pengendara yang suka-suka. Kemana angin membawa, mereka akan ikut.

Dan menyoroti perkembangan pemberitaan informasi otomotif 4l4y gaya media/tabloid (seperti modifikasi ban ceper tanpa menyebutkan pengkhususan bagi lomba dragrace), bagi penulis, pengendara abu-abu inilah yang dikhawatirkan (untuk gampangnya kita sebut saja mereka followers). Pemberitaan yang tidak disertai peringatan dari media, tabloid, artikel, blog, akan menjustifikasi mereka untuk menganggap bahwa hal demikian (modifikasi, gaya berkendara yang alay dll) boleh-boleh saja tanpa ada pengkhususan pemakaian.

Ciri khas mereka (followers) gampang dibedakan dari kedua jenis yang lain ketika di lampu merah. Untuk 4L4yers, mereka hanya memperhatikan satu, yaitu keberadaan polisi yang mengawasi. Selama tidak ada polisi, mereka akan tetap menerobos lampu merah walau itu berbahaya. Tapi tidak dengan followers, mereka akan melihat dulu apakah 4L4yers “aman” dalam menerobos lampu merah, jika “aman” mereka tidak segan untuk menerobos pula. Mereka cenderung tidak berani memulai.

Nah dengan karakteristik demikianlah yang penulis khawatirkan dengan pemberitaan/artikel yang penulis maksud.

Coba bandingkan dengan media online lain seperti youtube.com. Para petinggi youtube mengambil kebijakan untuk memisahkan tayangan-tayangan yang berbau kekerasan, pornografi/aksi, atau aksi-aksi berbahaya. Apalagi dengan tayangan televisi. Pasti mencantumkan pesan “Viewer discretion is adviced“.

(just a sample, @Andi Bird)

Penulis kecewa sekali dengan artikel atau informasi media yang tanpa memberikan pesan-pesan yang seharusnya disertakan dalam pemberitaan. Ada macam-macam pesan yang seharusnya ada sesuai dengan konteksnya. Contohnya :

– Hanya untuk kontest, tidak untuk dipakai di jalan umum

– Hanya untuk kebutuhan kompetisi, tidak untuk pemakaian harian

Atau misalkan iklan dari aksi-aksi berbahaya, seharusnya ada pencantuman secara jelas dan nyata “Adegan ini jangan ditiru, kecuali oleh para professional”.

Semoga bermanfaat.

Salam

*maaf dalam tulisan ini penulis tidak menghadirkan contoh-contoh alay-nya, untuk menghindari anggapan black campaign terhadap pihak-pihak, media, atau person tertentu. Bagi penyimak otomotif tentu paham apa yang penulis maksud, dan penulis berharap bisa menyikapinya secara bijak. Kesadaran untuk membangun komunitas masyarakat berkendara yang aman dan tertib lah yang dikedepankan, bukan saling menjatuhkan.

Jika ada saran, kritik atau masukan, bisa menghubungi penulis di email atau YM : nice_guy2208@yahoo.com

About boerhunt

Hanya sekedar ingin menuangkan corat coret, punya hobby olahraga, otomotif, IT world, nature, tapi blog ini lebih byk penulis dedikasikan untuk otomotif terutama roda dua
This entry was posted in Otomotif, Roda Dua and tagged , . Bookmark the permalink.

12 Responses to Menyikapi Pemberitaan/Artikel Yang (Dianggap) 4L4Y : Menyampaikan Informasi, Perlu Dipikirkan Siapa Penerima/Pendengar/Pembacanya

  1. Aa Ikhwan says:

    sip..perlu penegasan atau keterangan dlm stiap aksi n tindakan. sperti di TV BO, D, SU dll mskipun kenyataannya kadang ttp tidak sesuai 😀

  2. ipanase says:

    sip
    jangan berniat membuatku jatuh cinta jika kau tak berniat mencintaiku

  3. tarzankecil says:

    Opini sy laay itu perbuatan mementingkan diri/egois tanpa peduli pd lingkungan sekitar, sangat sempit jika cuma dihubungkan dg pemotor ugal2an, apalagi meng”cap” motor tertntu sagai laay, contoh laay= koruptor, banggar, pemerintah, pulisi, calo dll

    • boerhunt says:

      Setuju masbro..sifat dasar alay itu egois..gk di lalu lintas, di birokrasi..politik ada byk jenis alay..koruptor alay yg sangat jelas..

  4. gogo says:

    dan perlu ada pengawasan dan penindakan thp media yg kurang bijak..

    lagi2, salah satu beda media di negara maju dan berkembang

  5. setuju, om.
    Sayangnya media sekarang cenderung lebih mementingkan aspek komersil daripada edukasi..
    Padahal media seperti itu yg lebih cepat diserap orang awam.

Tulisa balasan | Leave a reply