Antara Profesi, Penghasilan, Dan Habit Dalam Konsumsi Otomotif

Membaca artikel kang Triyanto Banyumasan tentang Gadai Motor Lama, Kredit Baru, memancing penulis untuk menulis artikel ini. Karena penulis juga membahas dalam obrolan pepesan kosong bersama teman.

Setuju sama kang Tri, pola konsumtif, sebisa mungkin dihindari, terutama konsumtif dibidang otomotif yang rasanya tidak ada habis-habisnya produk-produk baru yang menggoda.

Kembali ke judul, sengaja penulis mengaitkannya dengan profesi, pendapatan dengan pola konsumsi dibidang otomotif. Seperti kita tahu masbro/mbaksist, sudah sangat umum di masyarakat, dengan segala profesinya lebih masyarakat lebih banyak memilih pembelian secara kredit. Belum lagi faktanya di lapangan, pembelian via kredit justru dipermudah dibanding kontan (nah lohh..).

Dalam suatu obrolan dengan teman di tempat penulis tinggal, pernah penulis lontarkan, kenapa kok membeli motor dengan cara kredit. Karena disamping teman penulis sendiri yang jenis pendapatannya bulanan, kalau diitung-itung, dengan cara kredit harganya jauh melonjak. Kenapa gak nabung saja. Jawabannya memang tepat “gak bisa mas kalo nabung, pasti habis kepake yang lain“.

Tetapi dalam suatu obrolan lain, pernah ada yang melontarkan “wah orang kaya itu aja beli mobilnya kredit kok“. Dianggapnya pertanyaan kredit atau tunai itu menyangkut gengsi. Padahal pertanyaan penulis bukan berkaitan dengan gengsi 😀

Nah…di sini penulis ingin memberikan opini. Karena nampaknya menurut penulis ada sedikit salah penafsiran.

Sebetulnya konsumtif sah-sah saja, selama bisa diukur, dan sesuai. Sesuai disini sesuai dengan pola hidup yang berhubungan dengan profesi dan pendapatan. Bukan dari nominalnya.

IMHO… secara umum sih, terutama bagi yang berpenghasilan tetap bulanan, justru yang paling baik adalah menabung dulu, terus beli kontan, bukan kredit. Lantas kenapa banyak pengusaha yang punya pendapatan cukup kok beli secara kredit, padahal dia mampu beli kontan ? Alasannya praktis, daripada uang kontan sebesar itu dipakai beli kendaraan, mending sebagian saja dipakai untuk DP, sisanya uang diputar, dari hasil diputar sebagian untuk membayar cicilan. Apalagi jika kendaraan dimaksud digunakan untuk niaga misalnya. Namanya juga pengusaha, modal itu yang paling utama.

Jadi saran penulis (yang mungkin ada manfaatnya)..

jika masbro/mbaksist orang yang pandai memutar uang menjadi modal yang menghasilkan, tidak salah jika masbro/mbaksist membeli secara kredit, tetapi jika kurang pandai, sebaiknya jangan membeli secara kredit, KECUALI masbro/mbaksist benar-benar orang yang tidak mampu menabung dan hanya dengan cara itu (menyicil) baru bisa punya kendaraan yang memang sangat dibutuhkan untuk aktifitas. Jangan mengikuti gaya orang berkonsumsi yang belum tentu cocok dengan kita.

NB : untuk penulis sendiri, untuk opini pribadi, penulis tidak suka beli kredit, ngutang boleh, tapi bukan cicilan berbunga, dan kalau tidak bisa nabung ya gak beli..

Semoga bermanfaat

Wassalam

Jika ada saran, kritik atau masukan, bisa menghubungi penulis di email atau YM : nice_guy2208@yahoo.com

About boerhunt

Hanya sekedar ingin menuangkan corat coret, punya hobby olahraga, otomotif, IT world, nature, tapi blog ini lebih byk penulis dedikasikan untuk otomotif terutama roda dua
This entry was posted in Lain-lain, Otomotif and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

13 Responses to Antara Profesi, Penghasilan, Dan Habit Dalam Konsumsi Otomotif

  1. Aa Ikhwan says:

    sip ajib,..kl mau beli nabung dulu n siapa tau kl udh ngumpul malah bisa buat hal yg lebih berguna dari hanya sekedar motor 😀

  2. Gmc Paradise says:

    semakin banyak duit semakin banyak pengeluaran, kaya prinsip ekonomi heheheheh
    http://gombongmotorcommunity.com/

  3. Endel says:

    Cocok banget Mas Bro….
    Kumpul ra ngumpul asal mangan….xixixixi..
    Lak wayahe nduwe yo nduwe…bahasa jermane “ra pareng nggege mongso”

  4. Eva says:

    Have a good day yah …

  5. Gogo says:

    bersyukur bikin hidup lebh nikmat..

Tulisa balasan | Leave a reply