Mindset Yang Salah, Ikut Menyumbang Keruwetan Lalu Lintas

Selamat pagi masbro/mbaksist semua..

Makin hari makin ruwet 😦 (sumber : kompasiana.com)

Pembicaraan mengenai lalu lintas yang tiap detik terus terasa makin ruwet, tentu tidak ada habisnya dibahas. Kali ini penulis ingin membahasnya dari sisi mindset pengguna jalan.

Pembicaraan berawal dari keluhan seputar lalu lintas di Bandung, dimana banyak sekali pengguna kendaraan sering melewati garis batas yang telah ditentukan. Baik itu garis batas (bersambung) disisi kanan/kiri, atau garis batas yang berbatasan dengan zebra cross di lampu lalu lintas.

Nah pas kebetulan di lampu merah, waktu itu dua motor masing-masing boncengan – penulis dibonceng, posisi kami dibelakang garis. Satu persatu motor berikutnya langsung ke depan melebihi tanda zebra cross.

Sambil menunggu lampu hijau, teman nyeletuk “wah kalau di Jawa (tengah) langsung kena tuh, lumayan 20-50 ribu”.

Penulis juga komentar “aku pernah kena waktu awal-awal naik kendaraan di Surabaya, melebihi batas garis putih sambung untuk jalur kiri (seharusnya jalur kiri hanya untuk yang belok kiri langsung). Lumayan kena jepret SIM xixixi..”

Teman yang lain nimpali, “ah..itu cuman jadi peluang aja polisi untuk cari duit”

Duarrrr.. disini penulis cuma bisa tersenyum kecut dan hanya bisa komentar “ya paling tidak, itu bisa mengurangi keruwetan gak seperti sekarang, urusan korupsi sudah ada yang nangani”. Ada mindset (mungkin lebih tepat dikatakan paradigma) yang sedikit keliru di sebagian (besar) masyarakat lalu lintas.

Seharusnya paradigmanya itu dirubah.

Apakah aturan itu dimanfaatkan oleh oknum polisi atau tidak, seharusnya sebagai warga yang menggunakan lalu lintas, tetap kita mengikuti aturan yang berlaku. Kalau toh pelanggaran yang kita lakukan itu dimanfaatkan oleh oknum polisi untuk kepentingan yang salah, tetap saja tidak bisa kita jadikan alibi membenarkan pelanggaran kita, karena kitalah yang menciptakan peluang itu. Seandainya kita bersih dari pelanggaran, oknum yang mau macam-macam juga terlalu sulit untuk memanfaatkannya.

Dengan paradigma sebelumnya yang keliru, kita akan selalu melihat dulu, ada polisi gak, ada polisi yang sedang mengintai gak..capek deehh.. Sepuluh persen saja pengendara/pengemudi berpikiran salah, yang lain cenderung akan ngikut dan bisa dipastikan akan bikin lalu lintas tambah ruwet.

Dengan paradigma yang benar, kita tidak perduli ada polisi atau tidak, tetap mengikuti aturan (lalu lintas) yang ada. Dan menjadi habbit yang baik dalam berkendara.

Semoga bermanfaat.

Salam

Jika ada saran, kritik atau masukan, bisa menghubungi penulis di email atau YM : nice_guy2208@yahoo.com

About boerhunt

Hanya sekedar ingin menuangkan corat coret, punya hobby olahraga, otomotif, IT world, nature, tapi blog ini lebih byk penulis dedikasikan untuk otomotif terutama roda dua
This entry was posted in jurnalistik, lalu lintas and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

25 Responses to Mindset Yang Salah, Ikut Menyumbang Keruwetan Lalu Lintas

  1. cafebiker says:

    susah mengatir masyarakat kita 😦

  2. amz24 says:

    mulai dari diri kita sendiri 🙂 dulu2 sih cuek aj lewat garis putih tp kl skrg malu rasanya 😀

    • boerhunt says:

      Betul kang..makamya aku seneng kalo di Sby, ngelewati garis batas belok kanan kiri lurus di persimpangan langsung kena, ya mungkin itu jd peluang oknum, tp paling tidak itu akan mengurangi pelanggaran..ya toh..

  3. ya2kzzz says:

    mangtaff…harus sadar diri dan membudayakan budaya malu kalau melanggar peraturan lalin.. 🙂

    • boerhunt says:

      Buwetolll..cuman gk bisa sekedar ngasih tahu pake ngomong, hrs diajak bareng, trus diajak ikut merasakan tertib itu wenak..baru ngeh..aneh ya pdhl udah gede hehe

  4. Dismas says:

    Kunciannya ya
    – mulai dari diri sendiri
    – mulai dari hal yang kuecuilll
    – mulai dari saat ini… 😀

    *Tapi yo mangkelno… Kita udah pole position tau tau ada yang nyrobot 👿

  5. yisha says:

    atur dong sob…

  6. atur diri sendiri aja… :mrgreen:

  7. Henry says:

    Klo saya punya bayangan sendiri seperti ini, di buat spanduk dgn tulisan yg bisa terbaca dr jarak 50~100m an dgn tulisan sbb : ” jika anda tidak tertib maka anda sudah berbuat dosa ” atau ” anda membuat susah orang lain maka rejeki anda akan susah juga ” bisa di tempelkan di tempat2 yg biasanya menjadi ‘ biang’ kemacetan atau tempat kebut2an.
    mudah2an ada efeknya.. ( mungkin kah ? )

  8. siapa sih yang paling peduli dengan keselamatanmu di jalan raya? hakim dan polisi

    tak peduli banyak oknum-oknum yang memburu materi, toh pada akhirnya juga apa yang dicapai itu sama, keselamatan berlalulintas……

    jadi berhentilah bertindak absurd menyalahkan penegak hukum, selama diri sendiri belum benar…..kecuali kalau merasa benar dan merasa dirugikan oleh mereka, silakan saja menuntut :mrgreen:

  9. eby says:

    udah kebiasaan nya masyarakat sekitar broo… 😀

  10. groverhamie says:

    pemda perlu bondho cctv bersensor gerak trus lampu lalin dipasangin satu2.. ga perlu dijaga, ntar yg melanggar kena jepret otomatis trus denda dikirim via pos.. yaaa tapi mgkn itu nanti thn 2050 cos sistemnya aja blm online dan database penduduk bnyk yg ngga jelas. heheh

Tulisa balasan | Leave a reply