Akhir-akhir ini jagad pemotoran tanah air diramaikan oleh perbincangan komparasi motor kubikasi 200-225 cc. Dengan komparasi yang bagus secara langsung test lapangan, tabloid Otomotif menyajikan hasil-hasil komparasinya. Dan tentu saja jadi perbincangan ramai terutama setelah diulas secara apik oleh blogger-blogger papan atas (contohnya ulasan Kang Haji Taufik dan ulasan Mas IWB).
Sebagaimana yang sudah masbro/mbaksist baca, beberapa parameter yang diuji, yaitu hasil pengukuran power dan torsi melalui dyno test, akselerasi di beberapa rentang jarak (0-60, 0-80, 0-100, 0-201, 0-402 km/jam), top speed (on speedo & racelogic), dan terakhir konsumsi bahan bakar, tentu memberikan cukup pencerahan bagi kita pecinta otomotif.
Tidak diragukan informasi ini sangat berguna bagi yang sedang menimbang-nimbang tunggangan baru :D.
Tetapi… tetapi masih ada sedikit data yang mengganjal dalam sudut pandang penulis. Apakah itu ? Mari kita ulas.
Yang menjadi pertanyaan penulis adalah.. bagaimana konsumsi bahan bakarnya diukur ?
Dari referensi yang diulas oleh blogger maupun dari otomotif sendiri tidak menjelaskan tentang hal itu. Jadi kemungkinannya ada dua, yaitu :
- hasil itu adalah klaim pabrikan
- hasil itu memang hasil pengukuran di lapangan
Jika yang pertama, tentu saja tidak bisa dijadikan sandaran parameter komparasi. Buktinya semua klaim pabrik tidak ada yang tepat ketika diukur langsung di lapangan (power, torque, top speed)
Nah.. jika yang kedua, apakah pasti valid ? Belum tentu. Tergantung cara menghitungnya.
Jika mengukurnya dengan menggunakan jarak tempuh sesungguhnya atau melalui gps dibagi konsumsi bahan bakar, hasilnya akan valid (untuk komparasi). Tetapi jika jarak yang diambil melalui speedo (di dalam speedo ada jarak tempuh), maka hasilnya akan bias. Ingat … akurasi speedo masing-masing motor yang di test punya deviasi beda-beda. Tentu saja itu berpengaruh pada deviasi jarak tempuh speedo (yang tertera di speedo)Â dibanding jarak tempuh sesungguhnya (real). Jadi jika demikian (menggunakan speedo untuk menentukan jarak tempuh) kesimpulannya pengukuran jarak tempuh per liter tidak valid.
Itulah yang penulis maksud masih ada yang mengganjal dari hasil test komparasi yang dilakukan Tabloid Otomotif. Tidak ada informasi mengenai metode pengukuran konsumsi bahan bakar.
(untuk data lengkap hasil test, monggo dilihat di ulasan blogger sebagaimana link yang penulis tulis di atas)
Semoga bermanfaat.
Wassalam
Sippp… slain itu bagaimana dg kondisi motor? Apakah sama2 baru kluar dri dealer, atau telah menempuh beberapa ribu km (habis masa reyen)
yup, kyknya emang pencantuman konsumsi hanya dr klaim pabrikan..cmiiw
kalo claim pabrikan, NS bisa di atas 1 lt/40 km…
Nahh.. tetep menjadi tanda tanya.. 🙂
Simak..
sipp 🙂
http://cicaakcerdas.wordpress.com/2013/07/13/launching-yamaha-force-di-surabaya/
harusnya sama-sama baru semua
http://sarikurnia980.wordpress.com/2013/07/16/pulsar-200ns-yang-mengaspal-di-indonesia-masuk-beritanya-sampai-thailand/
Mestinya:
1. Metode full to full (ngerti dehhhh)
2. Ngetesnya 1alat, 1orang, 1tempat
3. Kondisi motor2 harus sama2 baru atau sama2 abis masa reyen.
Mestinya.. tapi mungkin itu hanya data pelengkap saja, bukan sebagai hasil komparasi.. imho
Komparasi setengah hati, setengah kerja, setengah jadi donk
Emm..mungkin bukan setengah hati, tetapi butuh penjelasan lebih rinci.. 🙂
keknya hrs ad lembaga khusus neh buat melakukan testing n komparasi lapangan..
Apa gk terlalu kaku gan, kyk lembaga survey gitu yah…tp asyik jg kalo ada byk versi komparasi
di tabloid otomotif dijelasin mas metode untuk konsumsi bensin, dituliskan “Untuk konsumsi bensin, menggunakan Pertamax dipakai jalan harian oleh 1 tester. Dilakukan dengan metode top up, sebanyak 3 kali dan diambil hasil rata-rata”. ane punya majalahnya gan, jadi semoga membantu :).
makasih byk mas, nice info, berarti tinggal 1 pertanyaannya, bagaimana menghitung jaraknya ? apakah jarak yg diambil (utk dibagi konsumsi bbm) menggunakan data yg tertera di speedo ? ataukah GPS ? kalo speedo jelas tidak valid, kan speedo-nya masing2 punya deviasi yg beda2..