Kualitas Produk Jepang Pabrikan China Meragukan ??

Nampaknya isu produk Jepang tapi dipabrikasi di China bergulir makin panas. Apalagi kalo bukan Suzuki GW250.  😀

Menurut penulis, bagi yg tetep yakin dengan kualitas Suzuki ya monggo, karena penulis juga yakin kok Suzuki gak bakalan mau brand-nya menurun, sehingga Quality Controlnya pasti akan dijalankan sesuai standar Suzuki.

Tetapi bagi yang meragukan (karena diproduksi di China), ya sah sah saja.

Masih ingat gambar ini kan ?

legenda

Honda Legenda (courtesy of Google Image)

dan ini :

Honda Kirana (courtesy of Google Image)

Jika ditanyakan pada para pemiliknya, terutama yang pernah nyemplak motor2 pendahulunya, bagaimana kualitasnya dibanding dengan pendahulunya, seperti generasi Astrea spt Black Impressa, Grand, atau yg lebih tua Astrea Star, Prima, atau lebih tua lagi, yaitu sang legenda Honda C70 ? semua pasti tahu jawabnya.

Kedua motor diatas lahir ditengah gempuran motor China yang murah meriah akibat adanya Paket Kebijakan Deregulasi Otomotif tahun 1999, yang mau tidak mau memaksa pabrikan kepak sayap untuk menyediakan produk yang murah meriah. Dan kemudian diikuti oleh pabrikan lain (S,Y, K) dgn produknya masing2.

Ruh dari info flash back diatas adalah, sebuah pabrikan bisa saja menurunkan kualitas dengan berbagai pertimbangan, yang kebanyakan pastilah alasan bisnis. (Maaf penulis mengambil contoh Honda – padahal yang dibahas GW250 – karena Honda lah pelopor-nya ketika kebijakan pemerintah berubah. Sekedar contoh)

Itu disatu sisi, disisi lain standar QC yang dimiliki oleh pabrikan, itu tidak melulu 100% sama plek, terutama ketika terjadi pemindahan pusat pabrikasi dari negara satu ke yang lainnya. Pasti ada toleransi yang masih acceptable dari sisi QC. misalnya 2%, artinya dengan 98% memenuhi QC, sudah dianggap lolos. Nah, rentang 2 % ini bisa bergeser ke bawah atau ke atas, menurut penulis bergantung pada budaya atau kebiasaan manusia-manusia yang menjadi mayoritas pekerja di pabrik tersebut. Kalau di Indonesia yang masyarakatnya cenderung menggampangkan, ane percaya lebih banyak produk yang nilai kualitasnya di 98% dibanding 100%. Blom lagi masalah rijek2an.. 😀 .  Nah bagaimana jika rentangnya bukan 2 %, tapi 10% ?? Dan bagaimana pula dengan masy China, I don’t know..

Dan satu lagi, IMHO Jepang bukanlah Jerman, kebanyakan manufaktur Jerman tidak mau menurunkan kualitas, sedangkan Jepang, dengan berbagai pertimbangan masih longgar dalam menurunkan kualitasnya.

*penulis sih ngarepnya dipabrikasi di Indonesia, terus terang naksir :D, mohon maaf bila tidak berkenan, saran dan kritiknya diperlukan.

boer

About boerhunt

Hanya sekedar ingin menuangkan corat coret, punya hobby olahraga, otomotif, IT world, nature, tapi blog ini lebih byk penulis dedikasikan untuk otomotif terutama roda dua
This entry was posted in Otomotif, Roda Dua and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

31 Responses to Kualitas Produk Jepang Pabrikan China Meragukan ??

  1. ken arok says:

    sushi yg dibuat di china dan yg dibuat di INA rasanya sama jika menggunakan resep yg sama….

    Tapi tetep ngarep dibuat disini si GW250 biar murah.. Untuk produk cina pepatah uang tidak bohong benar2 berlaku….. produk cina yg mahal pasti berualitas

  2. boerhunt says:

    @ken arok :
    kalau menurut saya justru sushi China lebih enak, krn disana gudangnya sea food, (pdhl blom pernah makan sushi, tp yakin deh..hehe)

    • inline4 says:

      sama saja mas karena QC sama Bahan logamnya tetap standart jepang,tentu mereka tidak mau mengorbankan reputasi dong…satu lagi mas kira2 apa sampean punya bukti bahwa pabrikan jepang lebih longgar tentang kualitas misalnya pernyataan dari petinggi pabrikan tentang hal itu,atau pernyataan dari petinggi pabrikan jerman tentang komitmen mereka?soal kualitas jepang sama eropa dan korea adalah sama,silahkan cek hasil uji tabrak EURO NCAP….bahkan hasil dari uji tabrak terbaru menempatkan HYUNDAY SANTA FE yg produk korea sebagai mobil SUV paling aman dengan mendapat nilai tertinggi mengalahkan produk SUV eropa Jepang Dan Amerika macam Cayene Mercy ML dan BMW X seres.

  3. warung DOHC says:

    mungkin karena kebanyakan image brand china banyak pabrik home industri yang sangat banyak dan pesat, nah jika di produksi di plant besar seperti suzuki yg membuat GW250 di china, saya kira QC nya tetap berstandart international / jepag jadi no problemo 😀

    • boerhunt says:

      Betul, saya rasa masih bisa diandalkan kualitasnya, hanya saja jika Suzuki tetap mengambil yang diproduksi di china, perlu effort lebih untuk menghapus image mocin, ‘trauma’ tidak mudah dihapus 🙂

      • inline4 says:

        Jadi ingat waktu piaggio vespa lx150ie diambil dari cina harga disini rp42jt,
        tapi setelah ambil dari rakitan vietnam harga malah turun jadi 27 jt….
        tanya kenapa???

  4. gilingan says:

    Bukannya sushi itu mknan jepang ya?

    • boerhunt says:

      Emang betul, tp maksud mas bro ken arok menganalogikan yang sama, yaitu asli Jepang tp dibikin di clChina, kayak sushi made in China 😀

  5. Kirana itu NF125 generasi pertama di Indonesia, dan aye pikir kualitasny masih bagus jg. Bnyk tuh yg bandingin mesinnya sama Karisma, dan dapet 1 kesimpulan, mesinnya lebih ngebut dari Karisma (apalagi Supra X125 series), udah gitu bandel lagi mesinnya, testimoni rata2 saya peroleh dari pengguna Kirana di Kaskus…..

    Klo Legenda sih saya setuju tuh :mrgreen: mopang berstandar mocin 😆 bt neken mocin tuh strateginya Honda……

    Tp yah jangan bandingkan 2 mtr ini dgn si legenda yg bener2 legenda, C70. Di halaman aye ada 2 unit tuh, satu udah rusak, satu masih jalan. Bandel deh, jamin :mrgreen:

    sama pas masih generasi Astrea Prima, mesinnya prima pula. Dan lebih enak dari Legenda tarikannya, apalagi Supra Fit……

    • boerhunt says:

      bener mas bro, di kota2 kecil di jawa timur, masih ada astrea prima yg bisa laku diatas 3 juta

    • inline4 says:

      sebenarnya yang bikin prima lebih ngebut itu karena ukura pilot jetnya yang besar (40)
      dibanding grand,legenda supra fit, supra 100x (semuanya 38), kalo masalah kirana lebih responsif itu karena tidak ada sensor pengirit bahan bakar (TPF) di karburator (monggo di cek sendiri).kalo masalah bandel mana produk awal sama produk berikutnya saya rasa sama saja, toh belum pernah ada yang mengujinya denga metode Long Term Test kan? jadi tidak ada kaitannya sama produk kualitas produk awal sama akhir…

  6. asmarantaka says:

    lah minerva itu katanya produk Jerman…kok rasa china??..wkkwkwkwkwkkwkwkkw :mrgreen:

    • boerhunt says:

      nah..kalo itu ceritanya lain lagi om, ada ulasan tersendiri, karena menyangkut pengaruh pola kerja sama terhadap brand image sebuah produk/merk, akan saya buat sendiri ulasannya, kalau dikomentar agak terlalu panjang, dan tidak lupa satu contoh lain Kawasaki Rouser yg ada dinegara sebelah yg sebenernya tidak lain adalah Pulsar-nya Bajaj

      • inline4 says:

        masalahnya produk minerva sachs itu memang memakai mesin motor cina (Loncin)yang jiplak honda gl pro model lama itu mas burhan,lihat saja minerva sachs r200 yang bodi sama rangkanya mengkopi cbr125 versi eropa generasi ke 2, sedangkan mesinnya perpaduan tiger-gl pro, dan kualitasnya juga kualitas standart loncin,jadi bukan rancang bangun sendiri,jadi kualitasnya kualitas motor cina, beda sama trio kawasaki-bajaj-KTM yg merancang bangun sendiri motornya dengan kualitas metalurgi internasional..

  7. Pingback: Sushi Rasa China?………ato rasa Rame2?? « Asmarantaka's Personal Blog

  8. Ghost says:

    Oo gt to ternyata,
    makanya kok ada yg bilang mtor stlah grand tu mreka* bilang mesin china.n china.

    • boerhunt says:

      Secara detilnya, saya tidak mengetahui secara persis bagian apa2 yg masih asli dibuat di Jepang, atau dilokal, atau bahkan diproduksi dinegara lain, hanya yg menjadi fokus saya adalah bahwa suatu pabrikan mungkin saja menurukan ukuran kualitas produknya berdasarkan pertimbangan tertentu, entah itu alasan politis dimana negara yg jadi pasar, alasan regulasi (baik efek langsung atau tidak, case honda vs mocin periode 1999 adalah efek tidak langsung regulasi, sedang GW250 adalah efek langsung kebijakan/regulasi China), atau bisa pula hanya masalah market yg disasar, atau hal lainnya.

      • inline4 says:

        kalau anda katakan “mungkin saja” berarti belum pasti karena tidak ada fakta resmi kan mas m
        burhan.kalo fakta yang ada adalah bahwa rata2 motor bebek dan matic jepang itu sudah 80% buatan dalam negeri tetapi tetap kualitas internasional,kenapa?karena vendor2 dalam negeri pun sebenarnya adalah perusahaan jepang juga,misal keihin dan mikuni yg memasok karbu dan injektor,lalu yuasa pada aki, izumi pada piston dan ring lalu DID dan Enkei pada roda ,Juga nissin pada rem,stanley pada mika lampu, KGD dan VDO pada speedometer dan masih banyak lagi,semuanya mempunyai pabrik disini (maka statusnya jadi lokal) dan memasok pada seluruh produsen jepang dan beberapa produsen eropa.bahkan keihin dan mikuni pun mengekspor ke eropa dari sini untuk memasok ke beberapa merk motor asal eropa

  9. ipanase says:

    turun koq turun kualitas,,,,,,,kejam

  10. gogo says:

    china mau aj bikin sesuatu dg kualitas wahid dan jempolan, tp efeknya harganya jg sesuai dg hasilnya..

  11. wendakalubis says:

    kalau GW250 produk global kayaknya Suzuki bakal mati2an ngejaga kualitas deh…

    • boerhunt says:

      Itu pasti bro, makanya suzuki bikin pabrik sendiri, bukan mengambil salah satu produk china trus distempel suzuki, krn suzuki punya kontrol penuh dgn kualitas, tp suzuki hrs hati-hati dgn konsumen indonesia yg apriori dgn produk china, perlu effort lebih, itu kalo jadi diluncurkan di Indonesia

      • inline4 says:

        beda sama sachs jerman yang mengambil unit mesin utuh dari motor cina,contohnya pada kasus sachs madass yang mesinnya sangat mirip bebek honda yang mengambil unit mesin utuh dari motor bebek loncin…
        jadi yang terbukti menurunkan kualitas adalah produk jerman sachs bukan produk jepang…
        kebanyakan jalan pintas ini dilakukan oleh pabrikan kecil eropa yang hampir bangkrut.contoh lain benelli dragon 150 yang me re mark broduk zongsen utuh (saya lupa typenya) yang mengkopi mesin Gl Pro lama 147cc.
        tapi untuk pabrikan besar eropa (BMW-ducati-Aprilla) saya lihat tidak melakukannya walaupun mereka punya pabrik di cina tapi mereka memproduksi rancangan mereka sendiri seperti yang dilakukan suzuki.

  12. jofrin says:

    kemarin waktu ikut tour ke china sempet juga lihat motor Jialing disana…finishingnya jauh lbh bagus dibanding yg ada di Indonesia…en suara mesinnya sehalus mesin Honda…lha ternyata Jialing juga yg memproduksi motor Honda disana selain jual dgn merek sendiri….keliatan kalo pengusaha yg datengin tuch Jialing maen sunat kualitas buat kejar untung….

    • boerhunt says:

      Emang iya bro, china itu dr produk yg gampang protol sampe yg yg kualitas eropa, cuman kevetnya yg didatangin dimarih yg kualitas abal2, masih inget kan kasus pesawat hina yg belum bersertifikat yg dibeli merpati, mantan mentri perdagangan tuh yg bertanggung jwb, tp kasusnya nguap gitu aja..

  13. harmoko says:

    sama aja bro. ntu motor honda trnyata di cina bersatu dengan jialing

    • inline4 says:

      tapi line produksi nya terpisah dan quality controlnya pun lain,harga jualnya di cina juga jauh lebih mahal honda dari pada jialing…silahkan ditelusuri sendiri….

    • inline4 says:

      bukan hanya honda bro,tuh General Motors amerika juga bersatu SAIC Motor and Wuling Automobile Company Limited,pabriknya juga satu lokasi

  14. Yayang Fahruddin says:

    Saya rasa kualitas motor sekarang lebih bagus dari motor jadul.
    Logikanya begini lho, motor dulu mana ada pemakaian smpe 10.000 km dalam 6 bulan. Karena motor dulu cuma di pake harian ga jauh dan ga berat. Nah motor sekarang tiap hari di pake, panas ujan tancap terus. Buat kejar setoran. Heeee….
    Wajar lah cepet rusak, org dipake diatas standar. Dan satu lg dulu itu motor narang mewah, ga kaya sekarang. Jadi motor itu di rawat betul2 sma yg punya, ga ky sekarang ngerawat seingetnya. Hahahaa….

    • boerhunt says:

      logikanya masuk juga, tetapi gimana dengan pendapat yang mengatakan, logam-logam jaman sekarang lebih byk hasil daur ulang, bukan lagi logam pilihan langsung dr hasil tambang spt dulu, jd pasti bisa dikira2 sendiri kualitasnya kayak apa, kecuali yg memang logam-logam pilihan yg tentunya akan jadi sangat mahal… gimana ?

Leave a reply to inline4 Cancel reply